Mengapa Menyajikan Berita dalam Video Pendek Hanya Membuat Konten Sia-Sia?
Saat ini, banyak kreator menggunakan platform seperti YouTube Shorts, Instagram Reels, Facebook Reels, TikTok, dan Snack Video untuk menyajikan berita dalam format video pendek berdurasi 15 hingga 30 detik. Meskipun terlihat menarik karena formatnya yang cepat dan mudah dikonsumsi, ada banyak alasan mengapa pendekatan ini justru merugikan kreator dan audiens. Berikut adalah beberapa poin penting yang harus diperhatikan:
1. Informasi yang Terbatas dan Tidak Lengkap
Video pendek memiliki keterbatasan durasi yang membuat penyampaian berita menjadi kurang lengkap. Informasi yang disajikan sering kali hanya menampilkan potongan tertentu tanpa memberikan konteks yang cukup. Akibatnya, audiens bisa salah paham atau bahkan menerima informasi yang menyesatkan. Misalnya, di TikTok, YouTube Shorts, atau Snack Video, sebuah pernyataan politik yang sebenarnya memiliki makna lebih luas bisa dipotong hanya pada bagian yang kontroversial, sehingga memicu reaksi berlebihan dan kesalahpahaman di kalangan penonton.2. Kurangnya Sumber dan Kredibilitas
Sebagian besar kreator video pendek bukanlah jurnalis profesional dan tidak memiliki akses langsung ke sumber berita yang kredibel. Banyak dari mereka hanya mengandalkan informasi dari media sosial tanpa melakukan verifikasi lebih lanjut. Akibatnya, berita yang disampaikan sering kali tidak akurat atau bahkan mengandung hoaks. Misalnya, di Snack Video atau Instagram Reels, sering muncul video viral yang mengklaim sebuah peristiwa terjadi, padahal faktanya telah dilebih-lebihkan atau bahkan salah. Meskipun tidak memiliki dasar yang jelas, video semacam ini tetap menarik perhatian dan mendapat jutaan penonton karena penyajiannya yang dramatis dan memancing emosi.3. Minimnya Ruang untuk Analisis Mendalam
Berita bukan sekadar penyampaian informasi, tetapi juga memerlukan analisis mendalam agar audiens memahami konteks dan implikasinya. Video pendek dengan durasi terbatas tidak memungkinkan penyajian latar belakang suatu peristiwa, dampaknya, atau berbagai sudut pandang yang diperlukan untuk pemahaman yang menyeluruh. Akibatnya, audiens hanya menerima potongan informasi yang dapat menyesatkan. Misalnya, dalam YouTube Shorts tentang konflik internasional, sering kali hanya ditampilkan cuplikan video perang yang dramatis tanpa menjelaskan faktor sejarah, politik, atau diplomasi yang melatarbelakanginya, sehingga memicu kesimpulan yang salah dan pemahaman yang dangkal.4. Kurang Dapat Dipercaya oleh Penonton
Penonton semakin menyadari pentingnya mendapatkan informasi dari sumber yang kredibel. Video pendek yang hanya menampilkan teks di atas gambar atau cuplikan video tanpa menyertakan sumber yang jelas sering kali dianggap tidak dapat dipercaya. Hal ini membuat banyak penonton meragukan kebenaran informasi yang beredar di platform seperti TikTok atau Facebook Reels. Ketika sebuah video terlihat kurang meyakinkan, audiens cenderung mengabaikannya. Lebih buruk lagi, jika seorang kreator sering membagikan informasi yang diragukan, maka kredibilitasnya secara keseluruhan bisa menurun, sehingga orang mulai enggan mengikuti atau mempercayai kontennya.5. Monetisasi yang Tidak Optimal
Platform seperti YouTube Shorts, Instagram Reels, dan TikTok memang menawarkan peluang monetisasi, tetapi pendapatan yang dihasilkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan video berdurasi panjang. Video pendek memiliki RPM (Revenue per Mille) yang lebih rendah karena keterbatasan dalam penempatan iklan. Sementara video panjang dapat menampilkan beberapa iklan dalam satu tayangan, video pendek hanya mengandalkan iklan di antara konten, yang tidak selalu efektif. Akibatnya, kreator yang hanya mengandalkan video pendek mungkin mendapatkan banyak penonton, tetapi penghasilannya tetap minim. Dalam jangka panjang, mengandalkan berita video pendek sebagai sumber utama pendapatan menjadi kurang menguntungkan.6. Potensi Pelanggaran Hak Cipta dan Sensor Platform
Menggunakan cuplikan berita dari televisi atau media lain tanpa izin dapat berisiko terkena klaim hak cipta, yang berdampak negatif bagi kreator. Platform seperti YouTube dan Facebook memiliki sistem deteksi otomatis yang dapat langsung menonaktifkan atau menghapus video yang melanggar hak cipta. Selain itu, jika berita yang dibahas bersifat sensitif atau mengandung unsur kontroversial, platform dapat membatasi jangkauan atau bahkan menghapus video tersebut sepenuhnya. Hal ini tidak hanya mengurangi potensi pendapatan kreator, tetapi juga bisa menyebabkan penalti seperti demonetisasi, penghapusan video secara massal, atau bahkan pemblokiran akun jika pelanggaran terjadi berulang kali.7. Kreator Harus Sadar Diri: Mereka Bukan Bagian dari Organisasi Berita Terkenal
Banyak kreator yang membuat konten berita dalam format video pendek tanpa menyadari bahwa mereka tidak memiliki kredibilitas yang sama dengan media berita profesional. Organisasi berita besar seperti BBC, CNN, atau Kompas memiliki tim jurnalis berpengalaman yang melakukan verifikasi fakta sebelum menyiarkan berita. Sementara itu, banyak kreator konten di platform seperti YouTube Shorts, Instagram Reels, TikTok, Facebook Reels, dan Snack Video hanya mengambil informasi dari sumber yang tidak jelas, lalu mengemasnya dalam format yang dramatis demi menarik perhatian. Hal ini menyebabkan penyebaran informasi yang tidak dapat dipercaya, bahkan bisa berujung pada penyebaran hoaks. Kreator harus menyadari batasan mereka dan tidak berusaha menjadi sumber berita jika tidak memiliki kapasitas untuk melakukannya secara profesional.8. Keterbatasan Interaksi dengan Audiens
Berbeda dengan video panjang yang memungkinkan kreator berinteraksi lebih dalam dengan audiens melalui komentar dan diskusi yang lebih panjang, video pendek membatasi ruang bagi audiens untuk memahami dan mendalami topik yang dibahas. Banyak komentar yang muncul justru berisi spekulasi atau opini yang tidak berdasar karena informasi yang disampaikan dalam video pendek terlalu minim.9. Algoritma yang Tidak Stabil
Platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts mengandalkan algoritma untuk menampilkan konten ke audiens. Namun, algoritma ini sering berubah, membuat konten berita pendek bisa tiba-tiba kehilangan jangkauan tanpa alasan yang jelas. Hal ini membuat kreator sulit mempertahankan engagement yang konsisten, terutama jika hanya mengandalkan berita dalam video pendek sebagai sumber utama trafik.10. Sulit Membangun Loyalitas Penonton
Video pendek lebih bersifat konsumsi cepat, sehingga audiens cenderung menonton tanpa benar-benar terikat dengan kreator. Berbeda dengan konten yang lebih panjang, yang memungkinkan penonton mengenal gaya penyampaian kreator dan membangun hubungan lebih erat, video pendek jarang memberikan kesempatan ini. Akibatnya, sulit bagi kreator untuk membangun komunitas yang loyal di sekitar konten mereka.11. Persaingan yang Ketat
Dengan semakin banyak kreator yang menggunakan video pendek sebagai format utama, persaingan semakin ketat. Setiap hari, ribuan video dengan topik serupa diunggah, membuat sulit bagi sebuah video untuk menonjol. Selain itu, karena durasi singkat, audiens lebih mudah berpindah ke video lain tanpa benar-benar memberikan perhatian penuh pada satu kreator tertentu.12. Risiko Penyebaran Misinformasi yang Lebih Besar
Karena keterbatasan durasi, video pendek sering kali gagal memberikan informasi yang lengkap, sehingga membuka peluang lebih besar bagi penyebaran misinformasi. Bahkan jika kreator tidak berniat menyebarkan berita palsu, kurangnya konteks dapat membuat audiens salah memahami informasi yang disampaikan.Meskipun video pendek memiliki daya tarik yang tinggi, menggunakannya sebagai media utama untuk menyajikan berita adalah keputusan yang kurang tepat. Informasi yang disampaikan menjadi terbatas, kurang kredibel, sulit dianalisis secara mendalam, serta memiliki risiko monetisasi rendah dan pelanggaran hak cipta. Kreator yang ingin membangun kepercayaan dan menghasilkan pendapatan yang stabil sebaiknya fokus pada konten yang lebih berkualitas dan informatif. Jika ingin membahas berita, lebih baik menyajikannya dalam format yang lebih panjang agar informasi bisa tersampaikan dengan lebih jelas dan mendalam.